Selamat Datang Di Komunitas Yalimeck Web BLOG

Senin, 15 Februari 2010

KONDISI SEKOLAH DASAR DI DAERAH YALIMEK


Harus di Revolusi, Bukan Sekedar Reformasi
*)Oleh : James S Yohame

Guru- guru semua sudah meninggalkan tugas dan semua ke kota, di SD YPK Walley saya sendiri yang mengajar, kelas I- III saya mengajar pagi jam 7. 30 sampai jam 11 siang, kelas IV- VI saya mengajar dari jam 12. 30 sampai jam 4. 30.

Cuplikan diatas adalah jawaban salah satu guru relawan di SD YPK Walley, Distrik Ubahak, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua pada pertengahan Juni lalu di Wamena.
Memang saya sendiri sebagai orang yalimek (papua), fakta dilapangan menunjukkan banyak guru yang seharusnya mengabdi dan mendidik, lebih “senang” meninggalkan tugas dan “melarikan” diri ke kota tanpa tujuan yang jelas, akibatnya terjadi kekosongan pengajar.
Karena ketiadaan tenaga pengajar di SD- SD yang ada di daerah yalimek, maka guru relawan mengisi kekosongan itu untuk jadi tenaga pengajar relawan tanpa diberikan upah sepeserpun. Kebanyakan guru- guru relawan yang mengajar adalah anak- anak asli suku yalimek yang menamatkan sekolah sampai tingkat SMA atau putusan sekolah- sekolah menengah, bahkan ada sesama siswa SD yang sudah tahu membaca dan menulis terlebih dahulu mengajar teman- teman dan adik- adiknya yang tidak dapat membaca dan menulis.
Di daerah suku yali mek (wilayah III), Sekolah Dasar (SD) yang ada kira- kira berjumlah lebih dari 12 tetapi sebagian dari sekolah- sekolah itu di tutup karena ketiadaan tenaga pengajar. Sedangkan Sekolah dasar yang masih beroperasi hingga kini berjumlah tidak lebih dari 6 (enam) yang dikelola Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) ditanah Papua.
Guru sejatinya seorang pendidik, ironisnya, sesampainya di kota berlomba- lomba untuk merebut suatu jabatan fungsional di pemerintahan. Jabatan yang mereka incarpun beragam, mulai dari P & P, BAPPEDA, Kepegawaian, sampai instansi lain. Daerah baru (pemekaran) adalah daerah “empuk” untuk mencari kedudukan bukan dalam kapasitas sebagai seorang pengajar tetapi,,,,,,,,,,,,,,(anda yang sering mengabaikan tanggung jawab silahkan jawab). Mungkin mereka beranggapan bahwa status mereka akan “Top” dan akan dipanggil ‘tuan’ apabila mengisi suatu jabatan di dalam lembaga pemerintah (Kantor Pemda)
Dari sini kita perlu tanya. Guru tanpa tanda jasa adalah hanya slogan? Yang diharapkan anda adalah balas jasa? Nasib ratusan anak didik yang anda telantarkan anda mau bawa kemana? Apa boleh, akibat keserakahan anda, anak- anak yang anda korbankan ini boleh juga menanggung koensekuensi? Apa yang anda mau terapkan dalam pemerintahan bila mengisi/ kerja di instansi pemerintah? Hanya mendidik anak- anak setingkat SD saja anda melarikan diri dari tanggung jawab, bagaimana dalam pemerintahan?. Perlu anda pahami bahwa ini bukan soal menghitung 1,2,3 atau mengajar.

REVOLUSI BUKAN REFORMASI
Bila kita berbicara tentang reformasi yang jalannya hendak kita “luruskan”, maka untuk Sekolah-sekolah di daerah yalimeck yang gambaran umumnya dijelaskan diatas reformasi “belum pernah terjadi”, dan sangat jelas yang diperlukan sekarang bukan sekedar reformasi tambal sulam tetapi revolusi, yaitu revolusi dalam perhatian pemerintah terhadap kondisi persekolahan dan guru yang di tempatkan di daerah yalimek, dan revolusi dalam kesadaran seluruh warga masyarakat bagaimana menjamin pendidikan yang bermutu bagi generasi anak cucu.
Pertama, Untuk meghasilkan SDM yalimeck (Papua) yang berkualitas, maka diperlukan partisipasi masyarakat dalam menyatukan sekolah- sekolah yang di tutup ke sekolah yang sedang beroperasi (hilangkan sistem sekolah kedaerahan/semua atas nama kampungnya). SD yang layak dan bermutu harus dipusatkan di distrik yang murid-muridnya di”asramakan” dan penyelenggaraannya ditanggung Dinas P & P, Pemda Kabupaten.
Kedua, meskipun gaji guru di daerah pedalaman sekarang lebih dari cukup, namun perhatian terhadap kesejahteraan guru dan penyediaan bahan-bahan ajar harus dengan anggaran yang memadai untuk penyelenggaraan sekolah-sekolah beserta asramanya.
Ketiga, adalah mengingat daerah Yalimek melakukan kontak dengan dunia luar akhir tahun 1960-an, maka perlunya pengembangan pendidikan yang berorientasi pada kondisi rill dimasyarakat (lokalitas). Disini harus ada kebijakan Pemerintah untuk mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kultur, dan kebiasaan masyarakat setempat. Pengalaman dilapangan menunjukkan kurikulum yang sentralistik menyebabkan banyak yang tidak mengerti dengan materi penyajian bahkan sampai dengan penjelasan. Contoh, Seorang guru akan bertanya, “ Ibu pergi ke sawah”. Apa itu sawah ? secara otomatis mereka bingung dan tidak paham itu. Maka perlu pengembangan kurikulum yang berorientasi pada kondisi riil dan kultur setempat, yaitu Papua.
Keempat, setelah itu barulah memperketat pengawasan terhadap guru- guru yang berkeliaran di kota tanpa tujuan yang jelas tadi.
Masyarakat yalimek yang bermatapencaharian sebagai petani tradisional sulit diharapkan membayar biaya pendidikan anak-anak mereka, untuk itu semua biaya sekolah juga harus dibebaskan.
Demikian dari kondisi SD- SD di daerah yalimek di kabupaten yahukimo ini kiranya harus ada revolusi dalam pendidikan dasar, tidak sekedar reformasi yang dalam kenyataan hanya dijadikan retorika politik di Jakarta dan kaki tanganya di daerah. Di daerah-daerah, terutama desa-desa/ kampung-kampung seperti yang dijelaskan ini, pemerintah daerah harus mampu mendorong terjadinya revolusi atau perubahan radikal dalam menangani dunia pendidikan termasuk penyediaan anggaran 20% dari APBD seperti yang “dianjurkan” UUD 1945 yang telah diamandemen. Bagaimana mau membangun Papua, kalau SDM di daerah- daerah pedalaman bahkan dikota pun diabaikan. Elit politik lokal (Para pejabat) harus mengambil kebijakan yang berpihak pada masyarakat papua dalam pembuatan kurikulum dengan mengacu pada UU. No. 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusu bagi Provinsi Papua, pasal 56 ayat 2. Perlu disikapi, bukan hanya retorika para pejabat di daerah belaka.

SEMOGA




*) Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Teknik Planologi, pada salah satu Institut Di Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Yalimek

Template by : Yalimeck jamaica-rastuna.blogspot.com